DERAWAN: SURGA MENAWAN DI TIMUR KALIMANTAN
TERPISAH
2 JAM BERPERAHU CEPAT DARI DARATAN UTAMA KALIMANTAN TIMUR, KEPULAUAN DERAWAN
JADI PRIMADONA PARIWISATA KELAS DUNIA, PEMANDANGAN ALAM DENGAN RATUSAN SPESIES
IKAN DAN TERUMBU KARANG MENJADI PEMUAS DAHAGA PARA TURIS AKAN GAMBARAN SURGA
DUNIA.
Sungai
Kelay, Berau menyuguhkan pemandangan sungai besar khas Kalimantan, beberapa
pemukiman kami lewati, kapal kapal batubara dgn onggokan benda hitam menggunung
di punggunnya menjadi objek kontras di atas air coklat. Keluar dari muara
Sungai Segah, kemudian lautan menyambut dgn pemandangan Bagan bagan yg
tertancap dgn bambu, airnya biru tua pertanda tak dangkal, tapi riak putih
perahu kami meninggalkan jejak diantara ombak, menggurat dgn berani lukisan
biru lautan dan angkasa.
2 jam
perjalanan menggunakan perahu cepat bermesin ganda dari Berau, seakan menjadi
bendungan utama sungai penasaran kami yang ingin keluar mencari pembuktian
sebuah surga di Kaltim. Mesin pencari di internet hanya akan membuat seseorang
penasaran dgn ratusan gambar surga Maratua, mangagumi keindahan yang maya,
penasaran itu hanya satu obatnya; itu ada di Maratua.
![]() |
Sungai Kelay |
Paduan seni
teknik sipil dgn alam yang hebat, kusentuh tombol rana dgn sigap, dan sebuah
foto indah muncul di layar 3 inchi. Garis tegas bangunan villa karya tangan
manusia terpantul malu di riak air yg mulai gelap, beradu keras dengan kontras
warna sang mentari yg turun dari langit, seketika itu juga ku ingat sebuah
ujaran tentang mentari tenggelam; bahwa kita bisa mendengar suara besi panas yg
dicelupkan ke air, saat mentari mencapai garis horison, garis batas penguasa
lautan; neptunus.
Garis
horison itu membawa lamunan tetang kenikmatan, tak tabu tapi begitu menggebu,
membuat bibir ini mengucap kata 'indahnya hidup' yg berlanjut dgn pesan suci
berisi: “terimakasih untuk saat seperti ini”.
Ternyata,
legenda surga Maratua bukan isapan jempol semata, bahkan bukan hanya milik
'kita' saja, tapi oleh oleh suasana surgawi Maratua telah sampai ke negri negri
sebrang. Sesekali terlihat pasangan bule hilir mudik di pelataran kayu
Paradise, dua dari mereka sedang sibuk memasang perlengkapan selamnya, dan
sekonyong koyong menceburkan diri dari dermaga. Hari ini sudah mulai gelap,
tetapi cahaya senter penyelam dari dasar laut Maratua itu menerangi bagian
dasar perahu, sesekali cahayanya berubah arah, ku ingat kembali dua pasang bule
tadi yg begitu fasih berbahasa Perancis, saling memeriksa perlengkapan scubanya
dan byur.. suasana menjadi hening kembali.
![]() |
Kaca - airnya begitu bening. |
Hirup
dalam dalam. Udara kebebasan Maratua sebersih airnya, semurni pasirnya, seelok
pantainya, bagiku yg tinggal di kota besar, perjalanan ini adalah upacara
pemurnian diri kembali.
Surga
ada di Kalimantan Timur. Menjejak kaki di putih pasir pantai Maratua, seketika
juga mengalun lagu merdu yang berulang dari simfoni ombak kecil, yang berebut
menghantam tiang penyangga water villa Maratua. Ikuti simfoni itu, dan mata pun
tertegun. Air bening bak kaca, dengan tarian ikan warna warni di dalamnya,
sesekali terlihat lambaian sirip cantik nan beracun Lion fish yang cukup banyak
jumlahnya di satu tempat seperti ini, yang begitu dekat dgn manusia. Belum lagi
sempat menghayati pemandangan surga itu, dari kejauhan, semburat jingga dan
warna lainnya menyemprot langit bagai lukisan indah, yang abstrak namun punya
pesan kuat, pertanda mentari mengakhiri tugasnya hari ini.
Kecamatan
Maratua memayungi beberapa desa kecil, yg terdekat dgn Paradise adalah desa
Teluk Harapan. Masuk kesini, serasa berada di daerah koboi, jalan besarnya
terhampar putih pasir pantai, rumah rumah penduduk yg sebagian besar punya
teras cukup luas, berjajar sepanjang jalan yg muat untuk ukuran 2 mobil besar.
Ramah tamah khas daerah wisata terbersit dari wajah penduduknya yg lahir-besar
disini. Mentari terik, cuaca panas menjadi dingin seketika sat melihat permainan
anak anak Maratua, yg bersih dari gadget, bebas dari cengkraman teknologi,
hanya bermodal batu, sebuah permainan tercipta, memanfaatkan lingkungan, mereka
nikmati masa terindah buat mereka.
Perairan
pulau Maratua tidak hanya eksotis di pemandangannya saja, bahkan empat gugusan
pulau Derawan, Maratua, Kakaban dan Sangalaki lebih ku kenal sebelumnya sebagai
spot selam terbaik setelah Raja Ampat. Danau ubur ubur tak bersengat yg awalnya
hanya terkenal di Kakaban, pun ada disini. Proses pembentukan danau jutaan
tahun yg unik, memaksa hewan tak bertulang ini pun merubah hidupnya dgn
evolusi. Danau Haji Buang namanya, danau ini terletak di sebuah desa bernama
Payung-payung, berada dalam kawasan 8 hektar kebun milik warga desa tersebut,
dan diberi nama seperti pemiliknya. Sugiyono, pewaris gen Haji Buang, yg
sekarang mengelola tempat ini, usahanya tak sekadar menunggu tiket masuk
pengunjung yg kebetulan tahu keberadaan danau ini, tapi memanen kopra dan
menjualnya hingga ke pulau Sulawesi. "Kami disini tidak menetapkan biaya
masuk, berapa yg bapak-ibu berikan itu kami terima" ujar pria berdarah
jawa-melayu ini.
Dengan ramah
ia menawarkan minum dan rokok juga tegukan nikmat kelapa yg begitu menyegarkan
di hari yg panas. Senyum jg tak henti muncul di muka persegi panjangnya.
"Pondok ini cuma untuk istirahat kalau saya ke kebun, tapi bukan rumah
tinggal, rumah saya ada di desa" obrolan kami semakin akrab dengan
berbagai pertanyaan penasaran. "Sudah kami perbaiki jalan menuju danaunya,
dekat saja tidak jauh, nanti akan ada pondok istirahat disana" ujarnya
sambil sesekali menikmati asap tembakau kreteknya. "Disini banyak ubur
uburnya" jelasnya dengan semangat. Tegukan terakhir kelapa pertanda kami
harus melanjutkan perjalanan kembali sekitar 50 meter dari pondok pak Sugiyono.
"Mana
ubur-uburnya??" Kubuka mata selebarnya mencari bentuk transparan yg
mengambang. Tapi tak ada. Beberapa menit menyelam dgn peralatan snorkeling yg
kami bawa susah payah ke tempat ini dgn kamera underwater yg sangat berat,
memberi alasan suapaya kartu compact flash kamera ku harus terisi gambar
ubur ubur Danau Haji Buang. Kucelupkan sekali lagi googleku ke air hijau keruh
itu. Dan mereka bermunculan, tak banyak, tapi ada, ku hitung setidaknya ada 3
jenis ubur ubur disitu, mungkin terbersit kecewa soal jumlahnya juga keadaan
airnya keruh tapi aku puas saat itu dgn gambar detail ubur ubur yg oleh lensa
makro underwaterku terekam dgn baik.
![]() |
Aurelia Aurita |
![]() |
Tripedalia Cystopora - Ubur Ubur Kotak |
Transportasi
adalah kunci untuk pengembangan pariwisata Maratua dan sekitarnya. Mungkin saja
hal itu yg ada di benak pemimpin kabupaten Berau, Drs. H. Makmur HAPK.
Obsesinya membuka sebuah bandara internasional di Maratua bukan hanya cita
cita, berton ton pasir, batu dan alat alat berat sedang bekerja membangun
landasan terbang disana. Terlihat proyek ini belum dimulai lama, tetapi
semangat para penduduk desa Payung-payung menyambut kedatangan turis dalam dua
tahun kedepan berkobar. Pendapatan mereka akan naik secara signifikan,
keramahan mereka sudah mendarah daging, dan tidak ada yg salah dgn hal itu,
bahkan beberapa punya keahlian meng-guide para penyelam ke dasar laut, perlahan
mereka masuk ke gelangang pertarungan industri pariwisata sesungguhnya. Mereka
siap.
![]() |
Lion Fish |
![]() |
Puffer Fish |
![]() |
Di bawah - cukup berbekal snorkel dan googles, penghuni indah perairan ini bisa diabadikan. |
Comments
Post a Comment