Skaterboy Dari Dermaga Larantuka
Masih di atas dermaga Larantuka sambil
menanti sore berganti, kulihat seorang anak yang berbeda dengan yang lainnya,
badannya kurus dengan pakaian bergambar kartun berwarna merah, gulungan senar
pancing masih rapih melilit kaleng di tangannya. Caranya bergerak yang membuat
aku terpana, cepat, tapi bukan berlari seakan meluncur. Benar saja! Dia berdiri
diatas sebuah papan beroda, meluncur mulus di aspal dermaga. Wili adalah
seorang skater! Wow, kagum, ternyata di daerah yang jauh dari kota besar
seperti ini, ada seorang anak yang cukup piawai mengendarai skate board.
Sore itu adalah kali pertama buatku melihat
langsung kapal Menami yang akan kami gunakan untuk berlayar selama 6 hari ke
depan (aku adalah ‘orang baru’ yang bergabung hanya untuk ekspedisi di bagian
Flores Timur saja, sedangkan seisi kapal telah 7 hari berekspedisi di perairan
pulau Alor). Setelah berkenalan dengan para peneliti, petugas dokumentasi,
kapten kapal dan abk kami makan siang bersama di atas kapal yang bersandar di
pelabuhan Larantuka. Jadwalnya hari itu adalah pelayaran setelah sholat Jumat
dan melakukan penyelaman, namun dokumen perijinan kami belum juga terbit,
jadilah sore itu aku berjalan-jalan di atas dermaga yang cukup penuh dengan
kapal besar para nelayan. Disamping kapal kami, parkirlah satu persatu kapal
nelayan yang baru saja pulang menangkap ikan dengan metoda Pole and Line, yang menjadi khas para nelayan disini dan bahkan
sulit ditemukan tandingannya di belahan bumi lain, karena cara penangkapan ini
ramah lingkungan. Dengan joran dan kail tanpa kait, ikan seakan ditarik dari
dalam air ke dek kapal begitu saja, seperti tanpa susah payah pemancingan pada
umumnya. Hasil ikannya pun menakjubkan! Ikan cakalang yang hampir satu meteran
tertangkap hingga ratusan, ini aku ketahui saat mereka menjual ikan tangkapan
langsung di dermaga dekat kapal kami.
Moral
Point: Jangan remehkan daerah pelosok! Ini
Indonesia, bung! Mereka punya potensi yang terpendam, dan seringnya
mengejutkan.
Comments
Post a Comment