Warung Kopi Pertama Pulau Bunyu
Mungkin ada yang asing mendengar nama Pulau Bunyu. Pulau ini sebenarnya cukup tenar di era 90-an karena produksi minyaknya yang sangat besar kala itu, namun kemudian redup seiring menipisnya kandungan minyak disana. Pulau ini terletak di daerah Kalimantan Utara yang pencapaiannya tidak mudah dan harus menggunakan beberapa matra transportasi udara, laut dan darat untuk bisa menikmati lengangnya kehidupan pulau terpencil ini.
Terpencilnya kehidupan Pulau Bunyu tidak menyurutkan para pendatang untuk hidup disini, dikarenakan masih beroperasinya beberapa perusahaan tambang termasuk Pertamina yang sebagian besar pekerjanya datang dari daerah lain.
Kedai Kopi
Tersempil diantara
pertokoan sederhana pulau Bunyu, di depan jalanan aspal berdebu yang dilalui
setiap harinya oleh mobil-mobil pertambangan di pulau ini, Kedai Kopi Bunyu
Menyeduh justru lebih dikenal dengan nama Kedai Bean Laden. Nama itu memang
lebih menarik karena merupakan nama kedai yang cukup terkenal di Tarakan. Unik
sekaligus mengingatkan kita pada tokoh perang melawan teroris dari Afghanistan.
1. Kedai yang masih
Balita.
Baru setahun dibuka pada
bulan Agustus 2017 lalu, kedai ini justru bukanlah pilihan mantap dari sang
empunya yang sempat ragu untuk menjalankan bisnis ini. Budaya kopi di Pulau
Bunyu hampir tak ada yang tradisional, semuanya karena kopi sachetan. Gampang,
mudah, banyak dan murah. Inilah yang membuat Muhammad Aulia ketar-ketir. Berkat
usahanya dan kegemarannya berorganisasi, sedikit demi sedikit Pulau Bunyu
akhirnya memiliki kedai kopi (modern) pertamanya. Tidak hanya asal buka, tetapi
kedai ini pun selalu ramai meskipun jam bukanya terbatas dari pukul 19 hingga
pukul 24 saja!.
2. Suku Tidung tidak
punya budaya kopi
Meskipun begitu, berkat
usaha kedai ini, perkenalan terhadap budaya ngopi yang ‘seutuhnya’ bisa
diterima terutama para pemuda suku Tidung (suku asli Pulau Bunyu) yang sudah
terbuka wawasannya terhadap informasi dan edukasi yang lebih baik.
3. Jam Buka terbatas
tetapi selalu ramai
Aulia sendiri adalah
seorang karyawan dari perusahaan minyak BUMN yang mengoperasikan sebagian besar
Pulau Bunyu, sehingga ia selalu terbatas pada jam kerja untuk membuka kedainya.
Fenomena ini terjadi pada hampir seluruh penduduk Bunyu yang bekerja sebagai
karyawan tambang meskipun punya usaha lain atau berkegiatan ekstra diluar jam
kantor yang meramaikan kedai ini pada malam harinya.
4. 3 kopi yang
paling diminati oleh penduduk Bunyu
Kopi Toraja, Kopi
Sukabumi dan yang paling laris adalah Kopi Temanggung berjenis robusta. Ketiga
jenis kopi ini yang selalu habis, dan mendapat pesanan paling tinggi. Kedai ini
tidak menyimpan bahan baku kopi dalam jumlah banyak, karena terbatasnya ruang
penyimpanan yang memadai untuk menjaga kualitas kopi.
5. Furnitur dan
hiasan kedai dari barang bekas
Sebut saja paking kayu
bekas kabel listrik yang menjelma menjadi meja, kotak-kotak kayu yang disusun
menjadi lemari buku dan masih banyak lagi. Mungkin hampir semua barang hiasan
beserta meja – kursinya terbuat dari barang-barang yang tidak terpakai dari
kegiatan pertambangan, kreatif! Dan sangat ramah lingkungan.
Comments
Post a Comment